Press "Enter" to skip to content

Posts tagged as “kompas bola indonesia”

Lepas Luka ke Real Madrid Syarat dari Eintracht Frankfurt

0

Prediksimafiabola.com - Sahabat pecinta bola kali ini prediksimafiabola.com akan membahas Pelepasan Lukas yang di inginkan Eintracht ke real madrid. Penasaran kan bagaimana critanya berikut di bawah ini.

Eintracht Frankfurt siap mengantarkan Luka Jovic ke Real Madrid, tetapi dalam kondisi baik. Frankfurt meminta para pemain untuk menggantikan peran Jovic di timnya. Klub Jerman Eintracht Frankfurt memahami bahwa sulit bagi mereka untuk tidak mengirim Luka Jovic ke Real Madrid. Jovic, pemain depan Serbia berusia 21 tahun, dilaporkan akan segera menyamar di Los Blancos.

Pedro, 19 tahun, merupakan pemain jebolan La Fabrica (akademi Real Madrid). Dia bahkan mendapatkan julukan Ibrahimovic La Fabrica karena produktivitasnya.

Saat ini, Pedro main untuk Real Madrid B. Frankfurt ingin meminjam pemain muda Madrid tersebut dengan opsi pembelian kembali oleh Real Madrid.

Masalahnya, seperti dilansir as, apakah Real Madrid siap melepas pemain muda yang penuh harapan tersebut?

Berkembang

Frankfurt mmeyakini Pedro bisa berkembang di Jerman. Apalagi klub ini punya tradisi untuk membangun pemain muda.

Klub ini puya struktur yang bagus. Tekanan yang lebih sedikit membuat mereka leluasa untuk mengembangkan pemain muda.

Baca juga : Prediksi Real Madrid vs Athletic Bilbao 21 April 2019

Pedro dinilai sangat cocok untuk bermain di Bundesliga. Dia punya postur tinggi (196 cm), tapi juga lincah saat mengontrol bola.

Saat ini, Pedro menjadi top skorer di kategori pemain U-19. Dia mencetak 17 gol di segunda dan 21 gol di UEFA Youth League.

Real Madrid tentu berat hati melepaskan salah satu pemain berbakat mereka. Meski begitu, Pedro juga bisa berkembang kalau main di Bundesliga.

Real Madrid juga pernah meminjamkan Jesus Vallejo di Frankfurt dan puas dengan perkembangannya.

Valverde Sangat Memuji Messi

0

Prediksimafiabola.com - Pelatih Barcelona Ernesto Valvede tidak memiliki kata-kata untuk memuji pemain bintangnya, Lionel Messi. Baginya, sosok Messi di dunia sepakbola begitu mengejutkan sehingga semua penghargaan pantas mendapatkannya.

Messi memang berhasil menorehkan karier yang begitu gemilang di dunia sepakbola. Ia terus memberi kontribusi besar kepada Barcelona dari musim ke musim. Pada musim 2018-2019 sendiri, pemain berjuluk La Pulga itu telah membukukan 45 gol dan 21 assist dari 42 pertandingan bersama Blaugrana –julukan Barcelona– di berbagai kompetisi.

Dengan kondisi ini, Messi tentu saja selalu memainkan peran besar di Barcelona. Baru-baru ini, ia bahkan berhasil memberi kontribusi besar kepada tim raksasa Spanyol itu yang akhirnya membuat Barcelona melenggang ke babak semifinal Liga Champions.

Kala bersua Manchester United di leg II perempatfinal Liga Champions 2018-2019, Messi berhasil mencetak dua gol dari kemenangan 3-0. Berkat dua gol pentingnya tersebut, Barcelona pun menyingkirkan Man City dengan agregat skor 4-0.

Baca juga : Prediksi Real Madrid vs Athletic Bilbao 21 April 2019

Valverde sendiri mengaku selalu takjub menyaksikan kelihaian Messi mengolah si kulit bundar di atas lapangan. Dengan semua yang telah diberikan, ia menilai sosok pemain berpaspor Argentina itu layak dianggap pemain terbaik dunia. Valverde tentu saja mengharapkan peran besar lain dari Messi di laga Barcelona selanjutnya, termasuk pada akhir pekan ini kala menjamu Real Sociedad dalam pekan ke-33 Liga Spanyol 2018-2019 yang berlangsung Minggu 21 April 2019 dini hari WIB.

"Saya ingin memiliki bermacam-macam kata, tetapi apa yang bisa saya katakan tentang Messi? Ia memecahkan semua rekor dan yang masih akan dia pecahkan sendiri. Dia membuat publik selalu mengharapkan sesuatu yang istimewa darinya, dan dia (selalu) memberikannya. Semua tahu siapa dirinya, apa arti dirinya dari sudut pandang global dan kami menikmatinya," ujar Valverde, sebagaimana dikutip dari Goal, Sabtu (20/4/2019).

Sejarah Buruk Gerrard Jadi Kapten Piala Dunia 2014

0

Prediksimafiabola.com - STEVEN Gerarrd diangkat sebagai kapten Tim Nasional Inggris pada Agustus 2010, tepatnya ketika The Three Lions, nama panggilan Inggris, menang 2-1 atas Hongaria dalam pertandingan uji coba. Setelah menunggu dua tahun, Gerrard akhirnya diangkat menjadi kapten permanen ketika Inggris selesai di Piala Eropa 2012.

Di Piala Eropa 2012, hasil yang didapat Inggris tidak buruk-buruk amat. Saat itu, mereka sanggup keluar juara grup, sebelum akhirnya disingkirkan finalis Piala Eropa 2012, Italia, via adu penalti di perempatfinal. Meski begitu, momen paling ditunggu-tunggu Gerrard ialah memimpin Wayne Rooney dan kawan-kawan di Piala Dunia 2014. Akan tetapi, Gerrard datang ke turnamen empat tahunan tersebut dalam kondisi yang kurang baik. Hal itu karena kegagalan Liverpool mengangkat trofi Liga Inggris 2013-2014 setelah kalah bersaing dari Manchester City.

Datang dengan mental yang kurang apik, nyatanya merembet ke performa Inggris secara keseluruhan. Bayangkan saja, Inggris yang berstatus sebagai kandidat jawara Piala Dunia 2014 langsung tersingkir di fase grup.

Baca juga : Prediksi Cardiff City vs Liverpool 21 April 2019

Bahkan kepastian tersingkir setelah mereka baru melakoni dua pertandingan! Saat itu Inggris berturut-turut tumbang 1-2 dari Inggris dan Uruguay. Pada laga terakhir, Inggris hanya bermain 0-0 kontra Kosta Rika sehingga harus puas finis sebagai juru kunci Grup D dengan koleksi satu angka.

Karena itu, 2014 bak bencana bagi Gerrard. Selain gagal mengantarkan Liverpool ke tangga juara Liga Inggris 2013-2014, Gerrard juga tak mampu membawa The Three Lions –julukan Inggris– melaju jauh di Piala Dunia 2014.

etelah kegagalan di Piala Dunia 2014, Gerrard pun memutuskan pensiun dari Timnas Inggris pada 21 Juli 2014. Selama 14 tahun (2000-2014) membela Inggris, Gerrard turun di 114 pertandingan dengan koleksi 21 gol.

Prestasi terbaik Gerrard bersama Inggris ialah meloloskan sang negara ke perempatfinal Piala Dunia dan Piala Eropa. Tepatnya lolos ke perempatfinal Piala Dunia 2006, serta Piala Eropa 2004 dan 2012.

Mengapa Gerrard Dijuluki Kapten Fantastis

0

Prediksimafiabola.com - Nama Steven Gerrard tentu tidak asing bagi penggemar Liverpool. Gerrard adalah kapten Liverpool yang memiliki masa tinggal terlama di Anfield. Dia bahkan mendapat julukan sebagai kapten yang fantastis. Dinamakan kapten pada 15 Oktober 2003, Gerrard melakukan perjalanan panjang dengan gelang kapten dari Liverpool.

Selama 12 tahun, pria berpaspor Inggris itu memimpin Liverpool di lapangan hijau. Kala itu Gerard Houllier adalah pelatih yang menunjuk Gerrard sebagai kapten. Banyak yang meragukan Gerrard sebagai kapten karena kala itu ia masih berusia muda, 23 tahun.

Akan tetapi keraguan itu mulai terpatahkan. Ia justru mampu menjadi sosok legendaris yang kini tak pernah lepas dari klub berjuluk The Reds itu. Pertandingan pertama Gerrard sebagai kapten adalah saat Liverpool melawan Olimpija Ljubljana di ajang Piala UEFA 2003-2004.

Awal karier Gerrard sebagai kapten pun tak berjalan mulus. Pada musim pertamanya sebagai kapten, Liverpool tak memiliki gelar satu pun. Namun pada musim kedua sebagai kapten, hasil berbeda mampu diraih. Gerrard mengantarkan timnya meraih gelar juara di Liga Champions 2004-2005 setelah mengalahkan AC Milan.

Baca juga : Prediksi Real Madrid vs Athletic Bilbao 21 April 2019

Pada momen itu pula, Gerrard tampil menjadi pahlawan bagi Liverpool. Pasalnya kala itu, Liverpool sempat tertinggal 0-3 di babak pertama. Namun, Gerrard mampu membangkitkan motivasi rekan-rekannya dengan mencetak gol pertama untuk memperkecil ketertinggalan.

Tanpa disangka gol pertamanya itu mampu membawa Liverpool kembali menambah dua gol dan keadaan jadi imbang 3-3. Liverpool kemudian keluar sebagai juara setelah menang adu penalti 3-2 atas Milan.

Pada momen adu penalti tersebut, Gerrard juga mengambil peran besar. Ia menjadi pengambil penalti terakhir yang merupakan bentuk tanggung jawab terhadap tim sebagai kapten. Niat baik itu pun membuahkan gelar juara. Bahkan bukan hanya itu saja, Gerrard juga dinobatkan sebagai pemain terbaik di Liga Champions 2004-2005.

Setelah momen tersebut, nama Gerrard semakin dielu-elukan. Keajaiban Gerrard sebagai kapten Liverpool pun semakin bersinar. Puncaknya, ia dijuluki kapten fantastis karena pencapaiannya yang luar biasa.

Ia merupakan satu-satunya pesepakbola yang mampu mencetak gol di final Piala FA, final Piala Liga, final Piala UEFA, dan final Liga Champions. Rekor itu pun masih bertahan hingga saat ini. Karena pencapaiannya tersebut, Gerrard semakin dikenal dengan sebutan kapten fantastis.

Panggung Drama Liga Champions

0

Prediksimafiabola.com - Juara LIGA 2018-2019 akan dicatat dalam sejarah sebagai salah satu musim yang memiliki banyak varian acara. Ada kejutan, sisi kontroversi ke final dini dalam empat fase besar.

Yup, seperti komentar Richard Jolly di atas, panggung Liga Champions musim ini menghadirkan banyak catatan menarik. Bagaimana tidak, sejak fase kualifikasi, babak grup dan knock-out, publik pecinta sepak bola disuguhi beragam hal atraktif.

Hebatnya, hal itu terus terjadi dan konsisten sampai babak perempat final, yang dianggap sebagai puncak dari segala macam hal berbau kejutan. Bagaimana tidak, tim-tim unggulan, setidaknya dianggap unggulan, justru bertumbangan.

Laku perempat final memang memantik atensi tersendiri. Deretan klub-klub yang dianggap ideal hadir di sana. Mereka adalah sederet tim papan atas Eropa yang memiliki kualitas pemain di atas rata-rata. Sebut saja seperti Juventus, Barcelona, Liverpool, Manchester City, dan meski masih 'dianggap bangkit', Manchester United.

Komposisi delapan besar tersebut dianggap ideal. Sebelum kick-off perempat final, prediksi yang beredar nyaris sama dalam hal menebak komposisi di semifinal. Prakiraan tersebut tertuju pada kehadiran Barcelona, Liverpool, Juventus dan Manchester City.

Dua nama pertama menjadi para penebak menuju realitas ketika leg 1 selesai. Barcelona membungkam Manchester United di Old Trafford, sementara itu Liverpool menaklukkan FC Porto dengan skor 2-0, di Anfield.

Sayang, modal dua nama terakhir, Juventus dan Manchester City, tak maksikmal di Liga Champions, ketika menuju rumah sendiri. Juventus ditahan imbang oleh Ajax, sedangkan Manchester City justru terjungkal di kandang Tottenham Hotspur (0-1).

Baca juga : Prediksi Chelsea Vs Slavia Praha 19 April 2019

Nasib Tim Unggulan Alhasil, sebagian besar mata penggemar sepak bola tertuju kepada aksi Juventus dan Manchester City. Hal yang sesuai prediksi, karena Barcelona dan Liverpool memang mulus melenggang, bahkan dengan meningkatkan dominasi mereka.

Lionel Messi dkk membuat Manchester United semakin terpuruk di Camp Nou. Dua gol Lionel Messi dan satu gol persembahan Philippe Coutinho, membuat Barcelona unggul agregat 4-0 atas Paul Pogba dkk.

Kondisi itu berbanding terbalik dengan sang rival abadi Manchester United, Liverpool. Bermain di markas FC Porto, Liverpool justru tampil tanpa beban. Aliran bola lebih mengalir deras ke jantung pertahanan FC Porto, dan anak-anak Jurgen Klopp berhasil memanfaatkan peluang set-piece.

Kombinasi tersebut memberi empat gol, yang dibagi rata Sadio Mane, Mohamed Salah, Virgil Van Dijk dan Roberto Firmino. Kemenangan tersebut membuat agregat 6-0, sekaligus menunjukkan kualitas luar biasa dari Liverpool.

Sayang, pada segmen selanjutnya, yakni babak semifinal, dua tim raksasa tersebut bakal saling beradu taring. Yup, final kepagian, itulah frasa yang tepat untuk menggambarkan perjumpaan Barcelona kontra Liverpool di babak semifinal.

Deskripsi model apapun tetap tak bisa mengelakkan status panggung final di semifinal. Kualitas permainan, terutama dari sisi permainan agresif, dari kedua tim layak dipertemukan di laga pamungkas

Barcelona dan Liverpool Apalagi, saat ini Barcelona dan Liverpool adalah dua di antara properti panas di zona Eropa. Liverpool tengah berburu gelar kali pertama dalam dua dekade terakhir di pentas Premier League. Sementara itu, Barcelona adalah penguasa La Liga, yang tinggal membutuhkan angka tak sampai dobel digit agar bisa menambah koleksi trofi jawara domestik.

Semakin rumit ketika membedah kekuatan Barcelona dan Liverpool. Nyaris tak ada ruang yang menyebut keberadaan titik lemah, setidaknya berlatar dua penampilan pada fase perempat final.

Barcelona dan Liverpool memiliki tipikal penyerangan yang sama, yakni mengandalkan ketajaman trisula. Jika Liverpool punya Mohamed Salah, Roberto Firmino dan Sadio Mane, Barcelona sudah paten pada diri Lionel Messi, Luis Suarez, dan ini yang berbahaya, banyak kombinasi untuk satu orang lagi yang selalu langsung nyetel, meski biasanya diperuntukkan bagi Philippe Coutinho.

Perang di lapangan semakin lengkap, karena Barcelona dan Liverpool memiliki sosok dua pelatih yang sama-sama haus gelar di pentas Liga Champions. Ernesto Valverde (Barcelona) dan Jurgen Klopp (Liverpool), selalu penasaran dengan kans mengangkat trofi jawara turnamen paling bergengsi antarklub se-Eropa tersebut.

Catatan khusus tertuju kepada Klopp. Pelatih yang lama berkarier di Jerman tersebut nyaris menggapai impiannya tahun lalu. Kegagalan itu pula yang membuat Klopp punya ambisi besar menyempurnakan tujuan yang tertunda itu.

Namun, perjalanan Klopp tak akan muda. Tugas untuk melewati Ernesto Valverde bukan perkara mudah. Apalagi selalu bentrok budaya sepak bola antara Spanyol dan Inggris.

Tottenham Hotspur dan Ajax Kalaupun Klopp lolos dari adangan Barcelona, menaklukkan satu di antara Tottenham Hotspur atau Ajax Amsterdam, juga bukan hal gampang. Dua underdog tersebut muncul sebagai bukti idiom 'bola itu bulat' masih berlaku.

Panggung kejutan terbesar ada di dua klub tersebut. Ajax Amsterdam menjadi pembuat petir kejutan pertama kala menyingkirkan Juventus. Klub terakhir punya target besar musim ini, terutama setelah mendatangkan Cristiano Ronaldo ke Turin.

Nama Cristiano Ronaldo memang moncer, dan terbukti dengan dua gol pada dua pertemuan kontra Ajax Amssterdam. Sayang, ia seperti bermain sendiri, sehingga membuat kolektivitas ala Ajax Amsterdam menaklukkan nama besar Juventus.

Tidak tanggung-tanggung, tamparan keras bagi sang penguasa Liga Italia Serie A tersebut justru terjadi di rumah sendiri, Juventus Stadium. Kali ini, semua pihak mengangkat trofi penanda apresiasi terhadap apa yang diperlihatkan Erik ten Hag, sang juru taktik Ajax Amsterdam.

Ia dianggap berhasil mengeksploitasi keunggulan spirit anak-anak muda Der Amsterdammers, yang berujung semangat pantang menyerah. Mereka tak grogi ketika Cristiano Ronaldo mencetak gol terlebih dulu.

Kombinasi menawan yang dipadu kreativitas bermain di lapangan, menjadi senjata andalan bagi Frenkie De Jong, Lasse Schone, Dusan Tadic, David Neres, Hakim Ziyech dan Donny van de Beek. Kemampuan Erik ten Hag dalam meramu kombinasi pemain muda dan senior, layak mendapat acungan jempol.

Erik ten Hag berhasil membuat transformasi Ajax, dari klub yang musim lalu berantakan di Eropa, menjadi lebih teratur. Apalagi, konsistensi mereka semakin kentara taktkala sekarang menjadi pemimpin klasemen sementara Eredivisie, dan bersaing ketat dengan PSV Eindhoven.

Walhasil, perjalanan Ajax yang spektakuler juga bakal mendapat lawan sepadan, yakni Tottenham Hotspur. Pertemuan Ajax dan Tottenham Hotspur di empat besar memberikan banyak pesan. Memang, kedua tim tak memiliki basis massa yang besar, tak seperti Barcelona dan Liverpool, namun cara mereka melangkah ke semifinal sudah memberi gambaran tentang kualitas kolektivitas.

Bagaimana Final? Yup, Tottenham Hotspur dan Ajax tak butuh nama besar yang terlalu dominan. Mereka justru mengandalkan taktik yang berujung pada kreasi dan solid. Itu pula yang diperlihatkan The Spurs kala membungkam Manchester City.

Laga tersebut memang menjadi perbincangan hangat, terutama terhadap dua kejadian, yakni gol Fernando Llorente dan status off-side Sergio Aguero, yang membuat wasit menganulir gol 'kemenangan' dari Raheem Sterling.

Namun, keputusan wasit dengan menggunakan teknologi bantuan (VAR), membuat langkah Spurs ke semifinal berstatus sah. Manajer Manchester City, Pep Guardiola, boleh saja emosi dan melancarkan protes saat konferensi pers. Namun, harus diakui kualitas permainan mereka, yang berlaga tanpa bomber Harry Kane, menjadi mahfum.

Kini, publik bakal menyaksikan dua laga semifinal yang sudah bisa ditebak status pemenangnya, yakni si raksasa dan si pembunuh raksasa. Well, pertemuan mereka di laga final sudah pasti bakal memberi dua nuansa juga, yakni tim unggulan yang mulus atau petir menyambar dari tim kejutan.