Press "Enter" to skip to content

Posts tagged as “berita indonesia hari ini”

Federico Valverde Akan Lebih Sering Di Mainkan

0

Prediksimafiabola.com - Pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane, merasa puas dengan kinerja Federico Valverde. Seperti dilansir Marca, Zidane siap memberi gelandang berusia 20 tahun lebih banyak kesempatan untuk tampil.

Valverde merupakan satu di antara pemain muda El Real yang berhasil menembus tim utama Madrid pada musim ini. Ia tercatat sudah bermain sebanyak 14 kali, kendati hanya dua kali tampil sebagai starter di skuat Los Blancos. Gelandang 20 tahun itu turut bermain pada pertandingan comeback Zidane sebagai manajer Real Madrid. Ia masuk dari bangku cadangan dan bermain selama 13 menit, ketika El Real menaklukan Celta Vigo dengan skor 2-0.

Zinedine Zidane merasa puas dengan performa yang diperlihatkan sang pemain. Legenda timnas Prancis itu dikabarkan siap memberi pemain jebolan akademi Real Madrid tersebut kesempatan untuk bermain.

Zidane dikabarkan sangat menyukai gaya bermain pemuda asal Uruguay tersebut. Zizou menilai memiliki kekuatan yang bagus, dinamis dan juga kemampuan untuk membawa bola ke depan.

Zinedine Zidane merasa tidak memiliki gelandang seperti itu di timnya. Untuk itu, ia ingin menguji Valverde lebih jauh lagi di tim utama Real Madrid.

Baca juga : Prediksi Villarreal Vs Huesca 28 April 2019

Bakal Diberikan Kontrak Baru Tidak hanya memberikan kesempatan bermain, Zinedine Zidane juga dikabarkan sudah meminta manajemen Real Madrid untuk memperpanjang kontrak Federico Valverde.

Zidane percaya sang gelandang berpotensi untuk menjadi satu di antara pemain terbaik di dunia. Oleh karena itu, ia sama sekali enggan kehilangan bakat besar seperti Valverde pada masa depan.

Namun, Zidane dan Real Madrid memiliki PR besar jika mereka ingin mempertahankan Valverde. Pasalnya, Los Blancos harus meyakinkan pemain asal Uruguay itu jika masuk dalam rencana jangka panjang Zidane di Madrid.

Saingan Penentu Bagi Manchester City dan Liverpool

0

Prediksimafiabola.com - Manchester City dan Liverpool akan bertarung dalam tiga pertandingan terakhir di stadion Liga Premier 2018-2019. Saat ini, Manchester City berada di posisi pertama setelah memenangkan Manchester United, sambil memindahkan posisi Liverpool.

Manchester City mengoleksi 89 angka, terpaut satu poin di atas Liverpool. Kedua tim sudah menyelesaikan 35 pertandingan. Artinya, duo 'kuda pacu' tersebut tak boleh terpeleset jika enggan tertutup peluang meraih gelar musim ini.

Oleh karena itu, Mnchester City dan Liverpool wajib saling mengintip dengan harapan berbeda. Liverpool punya asa agar Manchester City terpeleset pada tiga laga terakhir. Sementara itu, Manchester City ingin Liverpool kalah atau minimal seri pada tiga laga tersebut.

Tiga lagi terakhir Liverpool dianggap lebih ringan, setidaknya dari sisi status, yakni dua kali tuan rumah dan sekali tandang. Hal itu berbeda dengan Manchester City. Sang juara bertahan harus dua kali melawat dan sekali berlaga di rumah sendiri.

Pada sisa laga musim ini, Liverpool akan menjamu Huddersfield (26/4/2019) dan Wolverhampton Wanderers (12/5/2019). Satu laga keluar kandang akan dilakoni Liverpool saat bertemu Newcastle United (4/5/2019).

Sementara itu, Manchester City akan menjadi tamu bagi Burnley (28/4/2019) dan Brighton (12/5/2019). Satu permainan di rumah sendiri terjadi saat Leicester City datang ke Etihad Stadium (6/5/2019).

Baca juga : Prediksi Atalanta vs Fiorentina 26 April 2019

Catatan Pertemuan Pertama

Kans Liverpool meraih hasil sempurna pada tiga laga terakhir termasuk besar. Setidaknya, pada pertemuan pertama musim ini, Liverpool mampu menundukkan Huddersfield Town dengan skor 1-0 via gol Mohamed Salah (24').

Liverpool berpesta gol ke gawang Newcastle United (26/12/2019) pada pertemuan pertama. Empat gol lahir via Dejan Lovren (11), Mohamed Salah (47'), Xherdan Shaqiri (79') dan Fabinho (85'). Satu pertemuan kontra Wolves juga dimenangkan Liverpool (0-2).

Kondisi tersebut berbeda dengan Manchester City. Sergio Aguero dkk sekali kalah dari tiga lawan terakhir pada pertemuan pertama. Manchester City takluk dari Leicester City dengan skor 1-2 (26/12/2019).

Sementara itu, Manchester City menekuk Burnley dengan skor 5-0 (20/10/2018) dan Brighton (2-0). Beragam fakta tersebut membuat perseteruan Manchester City dan Liverpool akan semakin seru.

Mengapa Gerrard Dijuluki Kapten Fantastis

0

Prediksimafiabola.com - Nama Steven Gerrard tentu tidak asing bagi penggemar Liverpool. Gerrard adalah kapten Liverpool yang memiliki masa tinggal terlama di Anfield. Dia bahkan mendapat julukan sebagai kapten yang fantastis. Dinamakan kapten pada 15 Oktober 2003, Gerrard melakukan perjalanan panjang dengan gelang kapten dari Liverpool.

Selama 12 tahun, pria berpaspor Inggris itu memimpin Liverpool di lapangan hijau. Kala itu Gerard Houllier adalah pelatih yang menunjuk Gerrard sebagai kapten. Banyak yang meragukan Gerrard sebagai kapten karena kala itu ia masih berusia muda, 23 tahun.

Akan tetapi keraguan itu mulai terpatahkan. Ia justru mampu menjadi sosok legendaris yang kini tak pernah lepas dari klub berjuluk The Reds itu. Pertandingan pertama Gerrard sebagai kapten adalah saat Liverpool melawan Olimpija Ljubljana di ajang Piala UEFA 2003-2004.

Awal karier Gerrard sebagai kapten pun tak berjalan mulus. Pada musim pertamanya sebagai kapten, Liverpool tak memiliki gelar satu pun. Namun pada musim kedua sebagai kapten, hasil berbeda mampu diraih. Gerrard mengantarkan timnya meraih gelar juara di Liga Champions 2004-2005 setelah mengalahkan AC Milan.

Baca juga : Prediksi Real Madrid vs Athletic Bilbao 21 April 2019

Pada momen itu pula, Gerrard tampil menjadi pahlawan bagi Liverpool. Pasalnya kala itu, Liverpool sempat tertinggal 0-3 di babak pertama. Namun, Gerrard mampu membangkitkan motivasi rekan-rekannya dengan mencetak gol pertama untuk memperkecil ketertinggalan.

Tanpa disangka gol pertamanya itu mampu membawa Liverpool kembali menambah dua gol dan keadaan jadi imbang 3-3. Liverpool kemudian keluar sebagai juara setelah menang adu penalti 3-2 atas Milan.

Pada momen adu penalti tersebut, Gerrard juga mengambil peran besar. Ia menjadi pengambil penalti terakhir yang merupakan bentuk tanggung jawab terhadap tim sebagai kapten. Niat baik itu pun membuahkan gelar juara. Bahkan bukan hanya itu saja, Gerrard juga dinobatkan sebagai pemain terbaik di Liga Champions 2004-2005.

Setelah momen tersebut, nama Gerrard semakin dielu-elukan. Keajaiban Gerrard sebagai kapten Liverpool pun semakin bersinar. Puncaknya, ia dijuluki kapten fantastis karena pencapaiannya yang luar biasa.

Ia merupakan satu-satunya pesepakbola yang mampu mencetak gol di final Piala FA, final Piala Liga, final Piala UEFA, dan final Liga Champions. Rekor itu pun masih bertahan hingga saat ini. Karena pencapaiannya tersebut, Gerrard semakin dikenal dengan sebutan kapten fantastis.

Panggung Drama Liga Champions

0

Prediksimafiabola.com - Juara LIGA 2018-2019 akan dicatat dalam sejarah sebagai salah satu musim yang memiliki banyak varian acara. Ada kejutan, sisi kontroversi ke final dini dalam empat fase besar.

Yup, seperti komentar Richard Jolly di atas, panggung Liga Champions musim ini menghadirkan banyak catatan menarik. Bagaimana tidak, sejak fase kualifikasi, babak grup dan knock-out, publik pecinta sepak bola disuguhi beragam hal atraktif.

Hebatnya, hal itu terus terjadi dan konsisten sampai babak perempat final, yang dianggap sebagai puncak dari segala macam hal berbau kejutan. Bagaimana tidak, tim-tim unggulan, setidaknya dianggap unggulan, justru bertumbangan.

Laku perempat final memang memantik atensi tersendiri. Deretan klub-klub yang dianggap ideal hadir di sana. Mereka adalah sederet tim papan atas Eropa yang memiliki kualitas pemain di atas rata-rata. Sebut saja seperti Juventus, Barcelona, Liverpool, Manchester City, dan meski masih 'dianggap bangkit', Manchester United.

Komposisi delapan besar tersebut dianggap ideal. Sebelum kick-off perempat final, prediksi yang beredar nyaris sama dalam hal menebak komposisi di semifinal. Prakiraan tersebut tertuju pada kehadiran Barcelona, Liverpool, Juventus dan Manchester City.

Dua nama pertama menjadi para penebak menuju realitas ketika leg 1 selesai. Barcelona membungkam Manchester United di Old Trafford, sementara itu Liverpool menaklukkan FC Porto dengan skor 2-0, di Anfield.

Sayang, modal dua nama terakhir, Juventus dan Manchester City, tak maksikmal di Liga Champions, ketika menuju rumah sendiri. Juventus ditahan imbang oleh Ajax, sedangkan Manchester City justru terjungkal di kandang Tottenham Hotspur (0-1).

Baca juga : Prediksi Chelsea Vs Slavia Praha 19 April 2019

Nasib Tim Unggulan Alhasil, sebagian besar mata penggemar sepak bola tertuju kepada aksi Juventus dan Manchester City. Hal yang sesuai prediksi, karena Barcelona dan Liverpool memang mulus melenggang, bahkan dengan meningkatkan dominasi mereka.

Lionel Messi dkk membuat Manchester United semakin terpuruk di Camp Nou. Dua gol Lionel Messi dan satu gol persembahan Philippe Coutinho, membuat Barcelona unggul agregat 4-0 atas Paul Pogba dkk.

Kondisi itu berbanding terbalik dengan sang rival abadi Manchester United, Liverpool. Bermain di markas FC Porto, Liverpool justru tampil tanpa beban. Aliran bola lebih mengalir deras ke jantung pertahanan FC Porto, dan anak-anak Jurgen Klopp berhasil memanfaatkan peluang set-piece.

Kombinasi tersebut memberi empat gol, yang dibagi rata Sadio Mane, Mohamed Salah, Virgil Van Dijk dan Roberto Firmino. Kemenangan tersebut membuat agregat 6-0, sekaligus menunjukkan kualitas luar biasa dari Liverpool.

Sayang, pada segmen selanjutnya, yakni babak semifinal, dua tim raksasa tersebut bakal saling beradu taring. Yup, final kepagian, itulah frasa yang tepat untuk menggambarkan perjumpaan Barcelona kontra Liverpool di babak semifinal.

Deskripsi model apapun tetap tak bisa mengelakkan status panggung final di semifinal. Kualitas permainan, terutama dari sisi permainan agresif, dari kedua tim layak dipertemukan di laga pamungkas

Barcelona dan Liverpool Apalagi, saat ini Barcelona dan Liverpool adalah dua di antara properti panas di zona Eropa. Liverpool tengah berburu gelar kali pertama dalam dua dekade terakhir di pentas Premier League. Sementara itu, Barcelona adalah penguasa La Liga, yang tinggal membutuhkan angka tak sampai dobel digit agar bisa menambah koleksi trofi jawara domestik.

Semakin rumit ketika membedah kekuatan Barcelona dan Liverpool. Nyaris tak ada ruang yang menyebut keberadaan titik lemah, setidaknya berlatar dua penampilan pada fase perempat final.

Barcelona dan Liverpool memiliki tipikal penyerangan yang sama, yakni mengandalkan ketajaman trisula. Jika Liverpool punya Mohamed Salah, Roberto Firmino dan Sadio Mane, Barcelona sudah paten pada diri Lionel Messi, Luis Suarez, dan ini yang berbahaya, banyak kombinasi untuk satu orang lagi yang selalu langsung nyetel, meski biasanya diperuntukkan bagi Philippe Coutinho.

Perang di lapangan semakin lengkap, karena Barcelona dan Liverpool memiliki sosok dua pelatih yang sama-sama haus gelar di pentas Liga Champions. Ernesto Valverde (Barcelona) dan Jurgen Klopp (Liverpool), selalu penasaran dengan kans mengangkat trofi jawara turnamen paling bergengsi antarklub se-Eropa tersebut.

Catatan khusus tertuju kepada Klopp. Pelatih yang lama berkarier di Jerman tersebut nyaris menggapai impiannya tahun lalu. Kegagalan itu pula yang membuat Klopp punya ambisi besar menyempurnakan tujuan yang tertunda itu.

Namun, perjalanan Klopp tak akan muda. Tugas untuk melewati Ernesto Valverde bukan perkara mudah. Apalagi selalu bentrok budaya sepak bola antara Spanyol dan Inggris.

Tottenham Hotspur dan Ajax Kalaupun Klopp lolos dari adangan Barcelona, menaklukkan satu di antara Tottenham Hotspur atau Ajax Amsterdam, juga bukan hal gampang. Dua underdog tersebut muncul sebagai bukti idiom 'bola itu bulat' masih berlaku.

Panggung kejutan terbesar ada di dua klub tersebut. Ajax Amsterdam menjadi pembuat petir kejutan pertama kala menyingkirkan Juventus. Klub terakhir punya target besar musim ini, terutama setelah mendatangkan Cristiano Ronaldo ke Turin.

Nama Cristiano Ronaldo memang moncer, dan terbukti dengan dua gol pada dua pertemuan kontra Ajax Amssterdam. Sayang, ia seperti bermain sendiri, sehingga membuat kolektivitas ala Ajax Amsterdam menaklukkan nama besar Juventus.

Tidak tanggung-tanggung, tamparan keras bagi sang penguasa Liga Italia Serie A tersebut justru terjadi di rumah sendiri, Juventus Stadium. Kali ini, semua pihak mengangkat trofi penanda apresiasi terhadap apa yang diperlihatkan Erik ten Hag, sang juru taktik Ajax Amsterdam.

Ia dianggap berhasil mengeksploitasi keunggulan spirit anak-anak muda Der Amsterdammers, yang berujung semangat pantang menyerah. Mereka tak grogi ketika Cristiano Ronaldo mencetak gol terlebih dulu.

Kombinasi menawan yang dipadu kreativitas bermain di lapangan, menjadi senjata andalan bagi Frenkie De Jong, Lasse Schone, Dusan Tadic, David Neres, Hakim Ziyech dan Donny van de Beek. Kemampuan Erik ten Hag dalam meramu kombinasi pemain muda dan senior, layak mendapat acungan jempol.

Erik ten Hag berhasil membuat transformasi Ajax, dari klub yang musim lalu berantakan di Eropa, menjadi lebih teratur. Apalagi, konsistensi mereka semakin kentara taktkala sekarang menjadi pemimpin klasemen sementara Eredivisie, dan bersaing ketat dengan PSV Eindhoven.

Walhasil, perjalanan Ajax yang spektakuler juga bakal mendapat lawan sepadan, yakni Tottenham Hotspur. Pertemuan Ajax dan Tottenham Hotspur di empat besar memberikan banyak pesan. Memang, kedua tim tak memiliki basis massa yang besar, tak seperti Barcelona dan Liverpool, namun cara mereka melangkah ke semifinal sudah memberi gambaran tentang kualitas kolektivitas.

Bagaimana Final? Yup, Tottenham Hotspur dan Ajax tak butuh nama besar yang terlalu dominan. Mereka justru mengandalkan taktik yang berujung pada kreasi dan solid. Itu pula yang diperlihatkan The Spurs kala membungkam Manchester City.

Laga tersebut memang menjadi perbincangan hangat, terutama terhadap dua kejadian, yakni gol Fernando Llorente dan status off-side Sergio Aguero, yang membuat wasit menganulir gol 'kemenangan' dari Raheem Sterling.

Namun, keputusan wasit dengan menggunakan teknologi bantuan (VAR), membuat langkah Spurs ke semifinal berstatus sah. Manajer Manchester City, Pep Guardiola, boleh saja emosi dan melancarkan protes saat konferensi pers. Namun, harus diakui kualitas permainan mereka, yang berlaga tanpa bomber Harry Kane, menjadi mahfum.

Kini, publik bakal menyaksikan dua laga semifinal yang sudah bisa ditebak status pemenangnya, yakni si raksasa dan si pembunuh raksasa. Well, pertemuan mereka di laga final sudah pasti bakal memberi dua nuansa juga, yakni tim unggulan yang mulus atau petir menyambar dari tim kejutan.